Monday, 31 October 2016

PENGKAJIAN GAWAT DARURAT



PENGKAJIAN GAWAT DARURAT

Perawatan pada pasien yang mengalami injuri oleh tim trauma agak berbeda dengan pengobatan secara tradisional, di mana penegakan diagnosa, pengkajian dan manajemen penatalaksanaan sering terjadi secara bersamaan dan dilakukan oleh dokter yang lebih dari satu. Seorang leader tim harus langsung memberikan pengarahan secara keseluruhan mengenai penatalaksanaan terhadap pasien yang mengalami injuri, yang meliputi (Fulde, 2009): Primary survey, Resuscitation, History, Secondary survey, Definitive care.

Primary Survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari  Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
1.      Airway maintenance dengan cervical spine protection
2.      Breathing dan oxygenation
3.      Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
4.      Disability pemeriksaan neurologis singkat
5.      Exposure dengan kontrol lingkungan
Sangat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey bahwa setiap langkah harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan jika langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. Setiap anggota tim dapat melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan peran tertentu seperti airway, circulation, dll, sehingga akan sepenuhnya menyadari mengenai pembagian waktu dalam keterlibatan mereka (American College of Surgeons, 1997). Primary survey perlu terus dilakukan berulang-ulang pada seluruh tahapan awal manajemen. Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah, kemudian diikuti oleh pemberian intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang melalui pendekatan AIR (assessment, intervention, reassessment).
Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain (Gilbert., D’Souza., & Pletz, 2009) :
a)   General Impressions
1.      Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
2.      Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
3.      Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)

b)   Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan  bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
1.      Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan bebas?
2.      Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
a.       Adanya snoring atau gurgling
b.      Stridor atau suara napas tidak normal
c.       Agitasi (hipoksia)
d.      Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
e.       Sianosis
3.      Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial penyebab obstruksi :
a.       Muntahan
b.      Perdarahan
c.       Gigi lepas atau hilang
d.      Gigi palsu
e.       Trauma wajah
4.      Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
5.      Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
6.      Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi :
a.       Chin lift / jaw thrust
b.      Lakukan suction (jika tersedia)
c.       Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
d.      Lakukan intubasi

c)    Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
1.        Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
a.         Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
b.         Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
c.         Auskultasi  untuk adanya : suara abnormal pada dada.
Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
2.        Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
3.        Penilaian kembali status mental pasien.
4.        Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
5.        Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
a.       Pemberian terapi oksigen
b.      Bag-Valve Masker
c.       Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar), jika diindikasikan
d.      Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures
6.        Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi sesuai kebutuhan.

d)   Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis shock didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan perhatian segera adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac, spinal shock dan anaphylaxis. Semua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui paparan pada pasien secara memadai dan dikelola dengan baik (Wilkinson & Skinner, 2000). Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
1.    Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
2.    CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
3.    Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara langsung.
4.    Palpasi nadi radial jika diperlukan:
b.      Menentukan ada atau tidaknya
c.       Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
d.      Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
e.       Regularity
6.      Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill).
7.      Lakukan treatment terhadap hipoperfusi.

8.    Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
1.      A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang
diberikan
2.      V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
3.      P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas
awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
4.      U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.

9.    Expose, Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah  mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan  telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011). 
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
1.         Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien.
2.         Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis (Gilbert., D’Souza., & Pletz, 2009).
 

DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeons. (1997). Advanced trauma life support for doctors. instructor course manual book 1 - sixth edition. Chicago.

Diklat RSUP Dr. M. Djamil Padang. (2006). Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat
darurat (PPGD). RSUP. Dr.M.Djamil Padang.

Emergency Nurses Association (2007). Sheehy`s manual of emergency care 6th edition. St.
Louis Missouri : Elsevier Mosby. 

Lyer, P.W., Camp, N.H.(2005).  Dokumentasi Keperawatan, Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, Edisi 3.  Jakarta: EGC

Maryuani, Anik & Yulianingsih. (2009). Asuhan kegawatdaruratan. Jakarta : Trans Info Media
Medis.

Sunday, 30 October 2016

ASKEP BBL (BAYI BARU LAHIR)



  A. DEFINISI
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 4 minggu. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 40 atau 42 minggu,dan berat lahir 2500 gram-4000 gram. (Bobak,2000)
  B. TUJUAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Tali pusat harus dijaga sekering mungkin. Tali pusat dapat diusap (dibasuh) dengan alkohol untuk menjaga agar tetap kering. Tali pusat penting dijaga kebersihannya. Ajari sang Ibu untuk segera memberitahu jika ada cairan (lendir) atau bau busuk pada tali pusat.
Usap kedua mata bayi dengan kapas atau kain kasa yang kering. Hal ini dapat mencegah infeksi akibat bakteri yang dapat menyebabkan kebutaan. Suhu tubuh bayi mungkin sedikit diatas normal pada saat lahir tapi akan segera turun sampai 37,5 0C secara aksila. Denyut nadi normal biasanya sekitar 40 pernapasan permenit. Ukuran bayi bermacam-macam. Bayi yang berat badannya dibawah 2.5 kilogram harus dirawat sebagai bayi kurang bulan. Bayi kurang bulan memerlukan perawatan khusus untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Berikan bayi ASI yang cukup.
Kulit bayi biasanya berwarna merah muda. Ketika bayi baru lahir mungkin ada bahan lengket dikulit yang disebut Verniks. Verniks dapat dibersihkan secara hati-hati dengan mengusapkan sedikit minyak pada hari kedua. Atau biasa juga dibiarkan sampai mengelupas sendiri secara bertahap saat mandi. Feses (tinja) pertama yang dikeluarkan oleh bayi berwarna kehitaman. Warna feses berubah menjadi kuning dalam 2 atau 3 hari berikutnya. Bayi harus diberi makan (diteteki) secara teratur sejak lahir, mulai dari pemberian beberapa menit dan bertambah lama secara perlahan. Untuk hari-hari pertama payudara mengeluarkan kolostrum.




  C. KLASIFIKASI BAYI
1.      Bayi Aterm
a.       Berat badan 2500-4000 gram.
b.      Panjang badan lahir 48-52 cm.
c.       Lingkar dada 30-38 cm.
d.      Lingkar kepala 33-35 cm.
e.       Bunyi jantung janin pada menit pertama 180 x/menit.
f.       Pernapasan pada menit-menit pertama cepat 80x/menit kemudian lebih kecil setelah 40x/menit.
g.      Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.
h.      Rambut lanugo telah terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
i.        Kuku agak panjang dan lemas.
j.        Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, pada bayi laki-laki testis sudah turun.
k.      Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l.        Refleks morro sudah baik apabila diletakkan suatu benda diletakkan  ditelapak tangan, bayi akan menggenggamnya.
m.    Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam pertama
n.      Umur kehamilan 37-42 minggu
2.      Bayi Prematur
a.       Berat badan kurang dari 2499 gram
b.      Organ-organ tubuh imatur
c.       Umur kehamilan 28-36 minggu
3.      Bayi Posmatur
a.     Biasanya lebih berat dari bayi aterm
b.     Tulang dan Sutura kepala lebih keras dari bayi aterm
c.      Verniks kaseosa dibadan kurang
d.     Kuku-kuku panjang
e.      Rambut kepala agak tebal
f.       Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
g.     Umur kehamilan lebih dari 42 minggu

  D. PENATALAKSANAAN
1.      Manajemen BBL normal
a.       Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan
1)        Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan jalan membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering dan hangat, memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau puting susu ibu, tidak memandikan sebelum berumur 6 jam.
2)        Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama
b.      Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi
c.       Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg sekali pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
d.      Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau klorampenikol.
e.       Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak lembab.
f.       Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.
2.      Pemantauan
1)        Terapi
Bayi normal biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut, Meskipun bayi normal, tetap harus dipantau selama minimal 6 jam untuk melihat kemungkinan timbulnya bahaya, terutama hipotermi dan hipoglikemia serta gangguan nafas.
2)         Pemantauan tumbuh kembang:
1)        Perlu kunjungan tindak lanjut pada bidan atau dokter
2)        Pemeriksaan imunisasi BCG pada usia 1 bulan
3)        Periksa teratur di klinik tumbuh kembang, posyandu, puskesmas, bidan atau dokter praktek untuk memantau tumbuh kembangnya.

  E. ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Pengkajian fisik
a.       Pengukuran umum :
1)        Lingkar kepala 33-35 cm,
2)        Lingkar dada 30,5-33 cm,
3)        Lingkat kepala 2-3 cm > dari linkar dada,
4)        Panjang kepala ke tumit 48-53 cm,
5)        BBL 2700-4000 gram
b.      Tanda vital :
1)        Suhu 36,50C-370C (aksila),
2)        Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),
3)        Pernafasan 30-60x/m
4)        Tekanan darah
c.       Kulit :
1)        Saat lahir: merah terang, menggembung, halus
2)        Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering
3)        Vernik kaseosa
4)        Lanugo
5)        Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan skrotum atau labia.
d.      Kepala
1)        Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm
2)        Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm
3)        Fontanel harus datar, lunak danpadat
4)        Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari sututa ke sutura.
e.       Mata :
1)        Kelopak biasanya edema, mata tertutup
2)        Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat
3)        Tida ada air mata
4)        Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip (respon cahaya atau sentuhan)
5)        Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis tengah.
f.       Telinga :
1)        Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar kantus mata
2)        Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiab-tiba
3)        Pina lentur adanya kartilago.
g.      Hidung :
1)        Patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
h.      Mulut dan tenggorok :
1)        Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah, frenulumbibir atas
2)        Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting
3)        Refleks gag, refleks ekstrusi
4)        Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras.
i.        Leher :
1)        Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik, refleks neck-righting, refleks otolith righting
j.        Dada :
1)        Diameter anterior posteriordan lateral sama
2)        Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi
3)        Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.
k.      Paru-paru :
1)        Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal
2)        Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.
3)        Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
l.        Jantung :
1)        Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum
2)        Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1
m.    Abdomen :
1)        Bentuk silindris
2)        Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan
3)        Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama
4)        Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus
5)        Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1 vena
6)        Nadi femoral bilateral sama
n.      Genetalia wanita :
1)        Labia dan klitoris biasanya edema
2)        Labia minora lebih besar dari labia mayora
3)        Meatus uretral di belakang klitoris
4)        Verniks kaseosa di antara labia
5)        Berkemih dalam 24 jam
o.      Genetalia pria :
p.      Punggung dan rektum :
1)        Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjol
2)        Refleks melengkung, batang tubuh
3)        Wink anal
4)        Lubang anal paten
5)        Lintasa mekonium dalam 36 jam
q.      Ekstrimitas :
1)        10 jari kaki dan tangan
2)        rentang gerak penuh
3)        punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah lahir
4)        fleksi ekstremitas atas dan bawah
5)        telapak biasanya datar
6)        ekstrimitas simetris
7)        tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlawanan
8)        nadi brakialis bilateral sama.
r.        Sistem neuromuskuler:
1)        Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksi
2)        Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.
3)        Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar tetap tegak walaupun sementara
4)        Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkuran
5)        Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung bila tengkurap.
s.       Observasi status tidur dan aktivitas
1)        Tidur regular: 4-5 jam/hari, 10-20 menit/siklus mata tertutup, pernafasan regular, Tak ada gerakan kecuali sentakan tubuh yang tiba-tiba.
2)        Tidur ireguler: 12-15 jam/hari, 20-45 menit/siklus tidur, mata tertutup, pernafasan tidak teratur, sedikit kedutan pada otot.
3)        Mengantuk: bervariasi, mata mungkin terbuka, pernafasan ireguler, gerakan tubuh aktif.
4)        Inaktivitas sadar: 2-3 jam/hari.  Berespon terhadap lingkungan dengan gerakan aktif dan mencari obyek pada rentang dekat.
5)        Terbangun dan menangis: 1-4 jam/hari.  Mungkin dengan merengek dan sedikit gerakan tubuh, berlanjut pada menangis keras dan marah serta gerakan ekstrimitas yang tidak terkoordinasi.
t.        Observasi perilaku kedekatan orang tua
1)        Bila bayi dibawa ke orang tua, apakah mereka meraih anak dan memanggil namanya?
2)        Apakah orang tua membicarakan tentang anaknya dalam hal identifikasi/
3)        Kapan orang tua menggendong bayi, kontak tubuh seperti apa yang terjadi?
4)        Ketika bayi bangun, stimulasi apa yang dilakukan?
5)        Seberapa nyaman keleihatan orang tua dalam merawat bayi?
6)        Tipe afeksi apa yang ditunjuukan pada bayi baru lahir, seperti tersenyum, membelai, mencium atau menimang?
7)        Bila bayi rewel, tehnik kenyamanan apa yang dilakukan orang tua?

2.      Diagnosa Keperawatan
a.         Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan napas : banyaknya mucus.
b.        Risiko infeksi b.d. kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu.
c.         Hipotermi b.d berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang tidak memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin.
d.        Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d faktor resiko paparan dingin / sejuk : perubahan suhu intrauteri ke extrauteri.
e.         Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d. imaturitas, kurang pengetahuan orang tua.
f.         Perubahan proses keluarga b.d krisis maturasi, kelahiran cukup bulan, perubahan dalam unit keluarga

3.      Intervensi
1.        Bersihan jalan nafas tak efektif b.d obstruksi jalan nafas : banyaknya mucus.
a.         Buka jalan nafas
b.        Posisikan klien untuk memak-simalkan ventilasi
c.         Identifikasi klien perlunya pema-sangan alat jalan nafas buatan
d.        Keluarkan sekret dengan suction
e.         Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
f.         Monitor respirasi dan ststus O2
2.        Risiko infeksi b.d. kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu.
a.         Bersihkan box / incubator setelah dipakai bayi lain
b.        Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-penyakit menular
c.         Batasi pengunjung
d.        Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung
e.         Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
f.         Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-kukan tindakan keperawatan
g.        Pakai sarung tangan dan baju sebagai pelindung
h.        Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
i.          Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan dressing sesuai ketentuan
j.          Tingkatkan intake nutrisi
k.        Beri antibiotik bila perlu
3.        Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d faktor resiko paparan dingin / sejuk : perubahan suhu intrauteri ke extrauteri.
a.         Monitor temperatur klien sampai stabil
b.        Monitor nadi, pernafasan
c.         Monitor warna kult
d.        Monitor tanda dan gejala hipotermi / hipertermi
e.         Perhatikan keadekuatan intake cairan
f.         Pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal : segera ganti pakaian jika basah)
g.        Bungkus bayi dengan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
h.        Jelaskan kepada keluarga tanda dan gejala hipotermi / hipertermi
i.          Letakkan bayi setelah lahir di bawah lampu sorot / sumber panas
j.          Jelaskan kepada keluarga  cara untuk mencegah kehilangan panas / mencegah panas bayi berlebih
k.        Tempatkan bayi di atas kasur dan berikan selimut.




KESIMPULAN
            Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 4 minggu. Bayi baru lahir normal adalah 
bayi yang lahir dari kehamilan 40 atau 42 minggu,dan berat lahir 2500 gram-4000 gram. 
(Bobak,2000).
            Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan. Stabilisasi suhu Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama. Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi. Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral. Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau klorampenikol. Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak lembab. Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.






DAFTAR PUSTAKA

Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
Leveno, Kenneth dkk. 2009. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Jhonson, Joycey. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing