Pages - Menu

Pages - Menu

Wednesday, 26 October 2016

ASUHAN KEPERAWATAN ANGINA PECTORIS



PEMBAHASAN

A.Pengertian.
            Coronary artery disease adalah penyakit yang berkaitan dengan kerusakan pada Artery koroner seperti angina pectoris dan infark miokard.Angina pectoris berasal dari bahasa yunani yang berati “cekikan di dada” yaitu gangguan yang sering terjadi karena atherosclerotic heart disease.Terjadinya serangan angina menunjukkan adanya iskemia. Iskemia yang terjadi pada angina terbatas pada durasi serangan dan tidak menyebabkan pada kerusakan permanen jaringan miokard (Udjianti,65:2010).Angina Pektoris merupakan sindroma klinis dimana terjadi ischemic temporer arteria coronaria menyebabkan tidak seimbangan oksigen antara suplay dengan kebutuhan (Saudarta,46:2013).  Angina pectoris memiliki arti nyeri dada intermiten yang disebabkan oleh iskemia miokardium yang refersibel dan sementara (Robbins,2007 dalam sukut,2014).Angina pectoris adalah nyeri hebat berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium.Nyeri bisa menyebar dilengan kiri ke punggung, ke rahang atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009 dalam sukut,2014).
            Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan angina pectoris adalah nyeri hebat yang menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen dan terjadi sebagai akibat suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium.

B.     Etiologi
            Penyebab Coronary artery disease adalah adanya atherosklerosis(Udjianti,66:2010). Adapun faktor resiko angina pectoris menurut sukut (2014)  dibagi menjadi beberapa macam,yaitu:
1.      Faktor resiko yang dapat dirubah:
a)      Merokok
b)      Hipertensi
c)      Aktifitas fisik
d)     Obesitas
e)      Dislipidemia
2.      Faktor resiko yang tidak dirubah:
1)      Umur
2)      Jenis Kelamin
3)      Herediter

C.    Klasifikasi angina pectoris
            Klasifikasi angina pectoris menurut Udjianti (66:2010) adalah: stable angina, unstable angina dan variant angina.
1.      Stable angina
menggambarkan nyeri dada yang timbul saat peningkatan aktivitas fisik maupun stress emosional, dengan tanda-tanda khas yaitu serangan merupakan gejala baru dan dan stabil, durasi dan insentitas gejala stabil.
2.      Unstable angina
Berkaitan dengan nyeri dada yang timbul karena aktivitas dengan derajat yang sulit diramalkan dengan tanda khas yaitu peningkatan frekuensi serangan dan intensitas nyerinya.
3.      Variant angina
menggambarkan sebagai nyeri dada yang biasanya terjadi selama istirahat atau tidur selama aktivitas.variant angina mungkin tidak menunjukkan tanda ateroskelotik pada arteri coroner.

D.    Manifestasi klinik
            Manifestasi klinik pada pasien dengan angina pectoris menurut udjianti (67:2011) adalah sebagai berikut:.
1.      Stable angina
a.       Nyeri dada timbul setelah melakukan kegiatan atau mengalami stress psikis atau emosi yang tinggi
b.      Serangan berlangsung kurang dari 10 menit dan stabil (frekuensi, lama serangan, factor pencetus menatap dalam 30 hari terakhir)
c.       Pola EKG
a)      Pada saat istrirahat normal
b)      Exercise EKG (treadmill test):segmen ST depresi, gelombang T inversi (arrow head) atau datar
d.      Laboratorium : kadar kardiak iso-enzim normal
e.       Seranga nyeri dada hilang, bila klien istirahat dan mendapat obat (nitrogliserin) vasodilator
2.      Unstable angina
a.       Nyeri dada timbul saat istirahat dan melakukan aktivitas
b.      Nyeri lebih hebat dan frekuensi serangan lebih sering
c.       Serangan berlangsung sampai dengan 30 menit atau lebih
d.      Saat serangan timbul biasanya di sertai dengan tanda-tanda sesak napas, mual, muatah, dan diaphoresis.
e.       Pola EKG: segmen ST depresi saat serangan dan setelah serangan(muncul sebagian)
f.       Serangan nyeri dada hilang bila klien mendapat terapi nitrogliserin, narkotik (phetidin/morphin), bed rest total, dan bantuan oksigenasi
3.      Variant angina
a.       Nyeri dada timbul saat istirahat dan aktivitas
b.      Dapat terjadi tanda ateroskeloris coroner
c.       Kadang-kadang di sertai disritma dan konduksi abnormal
d.      EKG: segmen ST elevasi saat seragam, namun normal bila serangan hilang
e.       Tanda-tanda lain hampir sama dengan unstable
f.       Serangan nyeri dada hilang bila klien mendapat teraphy nitrogliserin dan obat antispasme arteri.

E.     Patofisiologi
            Angina pectoris terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan suplai oksigen miokardium.Hal ini dikarenakan adanya aterosklerotik pada arteri koroner menyebabkan kekakuan/penyempitan pada arteri koroner sehingga arteri koroner tidak mampu berdilatasi dan suplai O2 ke miokard juga berkurang (tidak adekuat).Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan energi, sel-sel miokardium melakukan proses glikolisis anaerob yakni proses pembentukan energy tanpa menggunakan oksigen, pada proses ini juga terjadi penimbunan asam laktat yang kemudian menyentuh ujung-ujung sarafan sebagai nyeri.Apabila kebutuhan oksigen miokard berkurang, suplai oksigen menjadi adekuat, sehingga proses pembentukan asam laktat tidak terjadi.  Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda, dengan demikianangina pectoris merupakan suatu kondisi yang berlangsung singkat (sukut:2014).
    
F.     Pathways
Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
a.       Umur
b.      Jenis kelamin
c.       Riwayat penyakit dalam keluarga
Faktor resiko yang dapat diubah :
a.       Merokok
b.      Hiperlipidemia
c.       Obesitas

G.    Pemeriksaan penunjang
            Pemeriksaan penunjang menurut  udjianti (68:2010) pada pasien dengan angina pectoris adalah sebagai berikut:
1.      Elektrokardiografi
a.       Normal saat klien istirahat
b.      Segmen ST elevasi atau depresi, gelombang T inversi selama serangan berlangsung atau timbul saat tes treadmill (gambaran iskemia miokard).
c.       Disritmia (takikardia abnormal), AV block, atrial flutter, atau atrial fibrilasi) bila ada harus dicatat.
2.      Laboratorium darah
a.       Complete blood cells count : anemia dan hematocrit menurun. Leukositosis mengindikasi adanya penyakit infeksi yang menimbulkan kerusakan katup jantung dan menimbulkan keluhan angina.
b.      Fraksi lemak: terutama kolestrol(Low Density Lipoprotein/ LPL) dan trigiserida yang merupakan factor resiko terjadinya artery coronary disease (CAD)
c.       Serum tyroid : menilai keadaan hipotiroid atau hipertiroid
d.      Cardiac isoenzym : normal ( CPK_Creatinin Phospokinase, CK-MB-Creatinin kinase-MB, SGOT-Serum glutamic oxaloacetic transaminase dan LDH-LactateDenydrogenase) dan troponin.
3.      Radiologi
a.       Thorax Rontgen : melihat gambaran kardiomegali seperti hipertrofi ventrikel atau cardio-thorax ratio (CTR) lebih dari 50%
b.      Echocardiogram : melhat adanya penyimpangan gerakan katup dan dilatasi ruang jantung. Gerakan katup abnormal  dapat menimbulkan keluhan angina.
c.       Scanning janytung : melihat luas daerah iskemik pada miokard
d.      Ventrikulografi sinistra : menilai kemampuan kontraksi miokard dan pemompaan darah yang kecil akibat kelainan katup atau septum jantung.
e.       Katerisasi jantung(bila diperlukan) : melihat kepatenaan  arteri coroner, lokasi sumbatan dengan tepat dan memastikan.

H.    Komplikasi
      Komplikasi pada pasien angina pectoris menurut Murwani (65:2009) diantaranya yaitu :
a.       Infark Miokard Acut (IMA)
Adalah kematian jaringan otot jantung (miocard) yang disebabkan oleh insufisiensi suplai/banyaknya darah baik secara relatif maupun secara absolut. (muwarni,65:2009)
b.      Cardiac arrest
Adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak.Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak(American Heart Association,2010 dalam Majid,2007).
c.       Mati mendadak
Kematian jantung mendadak adalah karena masalah “listrik” dalam jantung.Ini terjadi ketika sinyal-sinyal listrik yang mengendalikan kemampuan jantung memompa, mengalami hubungan arus pendek.Secara tiba-tiba, jantung bisa berdetak dengan sangat cepat, menyebabkan ventrikel jantung bergetar atau berdebar, dan bukannya memompa darah secara terkoordinasi. Gangguan irama itu disebut fibrilasi ventrikel, “terjadi sebagai respons terhadap kondisi jantung yang menyebabkan gangguan tersebut, yang mungkin sudah atau belum terdeteksi (Lawless, 2009 dalam Majid,2009)
d.      Decompensasi cordis
Keadaan abnormal dimana terdapat ganguan fungsi jantung yang mengakibatkan ketidakmampuan jantung dalam memompa darah keluar untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh sewaktu istirahat maupun aktivitas abnormal (Muwarni,66:2009).
e.       Syok cardiogenik
Shock kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung tiba-tiba tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.Shock kardiogenik paling sering disebabkan oleh serangan jantung yang parah. (Adelia, 2011 dalam Nadi,2014).
f.       Thromboemboli (sumbatan pada trombosit)
Tromboemboli vena (venous thromboembolism/VTE) merupakan penyakit vaskular yang umum dengan gajala samar sehingga biasanya tidak disadari. Tromboemboli vena ditandai dengan adanya bekuan darah (thrombus) maupun adanya bekuan darah yang melayang-layang dan ikut aliran darah (embolus) di pembuluh vena dan mengakibatkan sumbatan aliran darah.(Enny, 2009 dalam Nadi 2014).

I.       Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Angina Pectoris menurut Murwani (2009:72) adalah:
a)    Tujuan pentalaksanaan
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris:
a.         Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian meningkatkan kuantitas hidup.
b.         Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian meningkatkan kualitas hidup.
       Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah: meningkatkan pemberian
oksigen (dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkankebutuhan
oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).
b)   Tatalaksana Umum
       Kepadapasien yang menderita PJK maupun keluarga, perluditerangkan tentang perjalanan penyakit, pilihanobat yang tersedia. Pasien perlu diyakinkan bahwa kebanyakan kasus angina dapat mengalami perbaikan dengan pengobatan dan modifikasi gaya hidup sehingga kualitas hidup lebih baik. Kelainanpenyerta seperti hipertensi, diabetes,dislipidemia,dll.Perlu ditangani secara baik (lihat selanjutnya pada bab pencegahan). Cara pengobatan PJK yaitu,pengobatan farmakologis,revaskularisasi miokard.Perlu diingat bahwa tidak satu pun cara di atas sifatnya menyembuhkan. Dengan kata lain tetap diperlukan modifikasi gaya hidup dan mengatasi faktor penyebab agar progresi penyakit dapat dihambat.
c)    Terapi Farmakologis untuk anti angina dan anti iskhemia
a.    Penyekat Beta
     Obat ini merupakan terapi utama pada angina.Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung, ontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri.  Efek samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain : atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
b.    Nitrat dan Nitrit
     Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangisymptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan antiplatelet.Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial.Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat.Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
c.    Kalsium Antagonis
     Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui salurankalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
d)   Terapi Farmakologis untuk mencegah Infark miokard akut
a.    Terapi antiplatelet, obatnya adalah aspirin diberikan pada penderita PJK baik akut atau kronik, kecuali ada kontra indikasi, maka penderita dapat diberikan tiiclopidin atau clopidogrel.
b.    Terapi Antitrombolitik, obatnya adalah heparin dan warfarin. Penggunaan antitrombolitik dosis rendah akan menurunkan resiko terjadinya ischemia pada penderita dengan factor resiko.
c.    Terapi penurunan kolestero, simvastatin akan menurunkan LDL (low density lipoprotein) sehingga memperbaiki fungsi endotel pada daerah atheroskelerosis maka aliran darah di arteria koronaria lebih baik.
e)    Revaskularisasi Miokard
       Angina pectoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk serangan ringan yang stabil.Namun bila menjadi tidak stabil maka dianggap serius, episode nyeri dada menjadi lebih sering dan berat, terjadi tanpa penyebab yang jelas.Bila gejala tidak dapat dikontrol dengan terapi farmakologis yang memadai, maka tindakan invasive seperti PTCA (angioplasty coroner transluminal percutan) harus dipikirkan untuk memperbaiki sirkulasi koronaria.
f)    Terapi Non Farmakologis
       Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah.Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.

       Dalam pengobatan angina pectoris perlu klasiikasi standar yang dapat membantu untuk menilai hasil pengobatan. Klasifikasi standar yang di anjurkanuntuk dipakai adalah tahapan angina on effort menurut canadian cardiovascular society.
     Kelas   1  :   melakukan pekerjaan sehari-hari tidak ada angina. Angina baru timbul padakegiatan yang luar biasa/berat.
            Kelas   2  :  sedikit pembatasan dari pekerjaan biasa sehari-hari.
            Kelas   3   :  perlu banyak sekali pembatasan dari pekerjaan sehari-hari.        
     Kelas   4   :  ketidakmampuan untuk melakukan pekerjaan normal sehari-hari. Angina dapat timbul dalam keadaan istirahat.
       Dengan demikian keberhasilan atau kegagalan suatu pengobatan dapat dievaluasi.Sasaran pengobatan adalah memperlambat atau menghentikan progresi penyakit ini.Diusahakan juga untuk memberi pengobatan sitomatis dan mengurangi resiko komplikasi seperti infark miokard dan kematian mendadak.

J.      Focus Pengkajian
Focus pengkajian menurut udjianti (74:2010) adalah sebagai berikut:
1.      Keluhan nyeri dada di anterior, precordial, sub sternal yang menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, punggung dan epigastrium.
2.      Gambaran nyeri dapat merupakan gejal yang baru timbul atau sering hilang timbul.
3.      Pekerjaan: perlu di catat tentang jenis pekerjaan klien serta adanya stress fisik dan psikis yang dapat meningkatkan beban kerja jantung.
4.      Hobi: menunjukkan gaya hidup klien, cara mengatasi ketegangan, dan pengurangan aktivitas yang mendadak.
5.      Kaji factor resiko penyakit jantung, seperti berikut ini:
a.       Riwayat penyakit klien seperti DM, hipertensi, dan lain-lain
b.      Riwayat kesehatan: peningkatan kadar kolestrol, trigliserida, kebiasaan merokok, konsumsi alcohol, asupan makanan tinggi gula.
6.      Obat-obatan: toleransi terhadap obat-obatan dan terapi yang dapat saat timbul serangan
7.      Riwayat gangguan saluran pencernaan seperti dyspepsia, astritis, dan penyakit lain yang menimbulkan keluhan nyeri epigastrium.
8.      Riwayat kesehatan keluarga: riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah( arteria coroner) dalam keluarga merupakan factor resiko bagi klien.

K.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa dan intervensi  Keperawatan
1.    Nyeri akut berhubungan dengan ateroskelorosis atau spasme koroner
2.    Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
3.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakpahaman proses dan pengobatan penyakit
4.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi konduksi listrik
5.    Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

L.     Fokus Intervensi
1.      Nyeri akut berhubungan dengan ateroskelorosis atau spasme koroner
Tujuan               :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol
Kriteria Hasil     :   
a.     Pasien melaporkan ketidaknyamanan mulai berkurang.
b.     Pasien tampak rileks dan nyaman.
Intervensi          :        
a.    Instruksikan pasien untuk pemberian NTG sublingual. Pada saat pemberian NTG minta pasien untuk duduk dan berbaring.
b.    Monitor karakteristik nyeri; kualitas, lokasi, skala, dan durasi nyeri.
c.    Instruksikan pasien untuk rileks dan istirahat.
d.   Kolaborasi pemberian oksigen
e.    Monitor tanda-tanda vital selama nyeri dada.
f.     Menilai gambaran EKG untuk melihat perubahan segmen ST dan gelombang T.
Rasional            :   
a.    NTG mempunyai efek sebagai vasodilator, yang menyebabkan aliran darah ke miokardium lebih terpenuhi, sehingga nyeri dada pun berkurang.
b.    Ketidaknyamanan dari angina sering susah dijelaskan oleh pasien.
c.    Menurunkan kebutuhan oksigen myocard sehingga mengembalikan keseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
d.   Meningkatkan saturasi oksigen sehingga arteri membawa lebih banyak oksigen ke otot jantung dan mengurangi suplai oksigen dan kebutuhan yang tidak seimbang.
e.    Tekanan darah dan nadi biasanya meningkat setelah rangsangan simpatik selama nyeri. Bagaimanapun mitral menyebabkan vasodilatasi dan hasil tekanan darah dapat turun atau drop.
f.     Perbedaan antara angina dan IM sangat penting dalam membuat implementasi intervensi yang tepat.
                              
  1. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
Tujuan               :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat beraktifitas secara bertahap.
Kriteria Hasil    :
a.    Pasien dapat beraktifitas dengan tanpa adanya gangguan iskemik.
b.    Pasien mengatakan aktifitas dengan pembatasan energy dan istirahat.
Intervensi          :
a.    Menganjurkan istirahat diantara aktifitas.
b.    Ingatkan pasien untuk tidak bekerja dengan menggunakan lengan dan bahu dalam jangka waktu yang lama.
c.    Ingatkan pasien untuk berobat secara berlanjut (seperti beta blockers).
d.   Menilai tekanan darah dan nadi sebelum, selama, dan sesudah aktifitas.
e.    Menganjurkan untuk melakukan latihan aerobic secara bertahap.
Rasional            :
a.    Istirahat aktifitas menyediakan waktu untuk menyimpan energy dan pemulihan.
b.    Beraktifitas dengan lengan dan bahu dapat meningkatkan kebutuhan otot jantung.
c.    Biasanya tubuh mengatur pengobatan setelah beberapa minggu.
d.   Menyediakan informasi dasar untuk menentukan pembatasan aktifitas dan lamanya terapi.
e.    Latihan yang rutin dapat meningkatkan fungsi kapasitas jantung lebih efisien.
  1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakpahaman proses dan pengobatan penyakit
Tujuan               :    Setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan pasien dapat mengetahui tentang proses penyakit dan pengobatan
Kriteria Hasil    :   
a.    Pasien menyatakan pemahaman tentang kondisi dan proses penyakit, serta pengobatan.
b.    Pasien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan.
c.    Pasien dapat melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi          :
a.    Menilai pengetahuan sebelumnya tentang penyebab angina, prsosedur diagnosa, rencana pengobatan dan faktor resiko terjadinya penyakit arteri koroner.
b.    Dorong untuk menghindari factor resiko serangan angina, seperti kerja fisik, stress emosional.
c.    Diskusikan langkah yang diambil jika terjadi serangan angina.
d.   Dorong pasien untuk menghitung nadi sendiri selama beraktivitas.
Rasional            :
a.    Pemberian informasi awal merupakan tahap pembelajaran.
b.    Dapat menurunkan insiden episode iskemik.
c.    Menyiapkan pasien untuk menghilangkan rasa takut pada pasien ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan.
d.   Membiarkan pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk menghindari stress jantung.

  1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi konduksi listrik
            Tujuan               :    Setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan peningkatan curah jantung, dengan kriteria hasil :

Kriteria Hasil     :
a.    Menunjukkan penurunan curah jantung teratasi dibuktikan dengan keefektifan pompa jantung, status sirkulasi dan perfusi jaringan.
b.    Menunjukkan status sirkulasi dibuktikan dengan tekanan darah dalam batas normal, bunyi napas tambahan tidak ada, distensi vena jugularis tidak ada.

Intervensi         :
a.    Kaji tekanan darah, adanya sianosis dan status pernapasan.
b.    Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut
c.    Berikan kesempatan kepada pasien untuk istirahat yang adekuat dan bantu dalam melakukan ADL
d.   Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti aritmia, nitrogliserin dan fasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas prelod dan afterlod


Rasional            :
a.    Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung.
b.    Menurunkan kebutuhan oksigen dan menurunkan kerja jantung.
c.    Penghematan energy dan menurunkan kerja jantung.
d.   NTG mempunyai efek sebagai vasodilator, yang menyebabkan aliran darah ke miokardium lebih terpenuhi, sehingga nyeri dada pun berkurang.

  1. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
            Tujuan               :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dalam keadaan rileks dan tidak cemas.
Kriteria Hasil     :
a.      Pasien dalam tenang, tidak ditemukan adanya palpitasi.
b.     Pasien mengekspresikan perasaan yang positif.
c.      Pasien dapat menunjukkan koping dalam memecahkan masalah.
d.     Pasien melaporkan cemas berkurang atau teratasi.
Intervensi          :
a.    Pantau tanda dan gejala dari ansietas.
b.    Berikan informasi tentang penyakit dan prognosis pasien.
c.    Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan pada orang yang penting pada pasien.
d.   Kolaborasi dengan dokter pemberian obat (misalnya, sedative)
Rasional            :
a.    Perasaan yang tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal.
b.    Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis penyakit.
c.    Membantu pasien dalam mengurangi tingkat kecemasan.
d.   Membantu pasien untuk dapat rileks.

Kesimpulan
       Angina pectoris adalah nyeri hebat yang menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen dan terjadi sebagai akibat suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium.Faktor resiko yang dapat dirubah:
a)        Merokok
b)        Hipertensi
c)        Aktifitas fisik
d)       Obesitas
e)         Dislipidemia
Faktor resiko yang tidak dirubah:
a.         Umur
b.        Jenis Kelamin
c.         Herediter
Klasifikasi angina dapat di bagi menjadi bermacam-macam, yaitu stable angina, unstable angina dan variant angina.


Daftar Pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Murwani, Arita. 2009.PerawatanPasienPenyakitDalam. Jogjakarta :MitraCendekia
Murwani, Arita. 2011. PerawatanPasienPenyakitDalam. Jogjakarta :Gosyen Publishing
Sukut,ayudya .2014. //http.pathway_angina_pectoris_unair.pdf file.com.
Udjianti, wajan juni.2010.keperawatan kardiovaskuler.Jakarta :SalembaMedika
Wilkinson, Judith M. 2006. Bukusaku diagnosis keperawatandenganintervensi NIC dankriteriahasilNOC.Jakarta: EGC





1 comment:

  1. Meneladan berbagai penyelidikan disaat yg dibutuhkan seorang laki laki terhadap menggerapai klimaks merupakan seputar 5 sampai 7 menit. Sementara perempuan umumnya mereka membutuhkan ketika buat menjangkau kesudahan orgasme celah 12 hingga 15 menit. Logika yang mampu kita ambil dari penyelidikan ini yakni kala kita sanggup merasakan dan menikmati sensasi ketika bersambung dekat kala 3 menit.

    pasti ketika merasakannya 5 menit bakal terasa lebih melampiaskan terlebih jikalau kita bisa merasakan dan menikmati sensasi tersebut selama 10 menit atau lebih, tentu dapat jauh lebih membebaskan masih

    elemen ini dapat diraih dgn business dan latihan, apabila memang lah kamu menginginkan pasangan anda merasakan sensasi pertalian kian hingga mengerang dan merasakan ketegangan intens. Namun pasti factor ini tidak sepertinya dapat kamu melaksanakan bila mewarisi ejakulasi dini.

    bila pertanyaan masih belum sanggup terpecahkan serta-merta menghubungi dokter spesialis andrologi Klinik apollo pada wawancara lebih lanjut di Hotline No. (021)-62303060.

    Pencegahan Kulup panjang di Klinik | sirkumsisi Jakarta

    Ejakulasi dini dan pencegahannya | Klinik kelamin di Jakarta

    Konsultasi Dokter klinik | Free Consultasion

    ReplyDelete